DIPERCAYA TUHAN, PERKARA BESAR TERJADI!
Bagaimana supaya kita bisa menjadi orang kepercayaan, baik di hadapan Tuhan dan juga manusia? Supaya dapat menjadi orang kepercayaan, kita harus terlebih dahulu membuktikan diri bahwa kita ini layak dipercaya. Ini berbicara tentang kesetiaan, ketekunan dan loyalitas! Ada harga yang harus kita bayar! Jika kita tidak setia, tidak tekun, tidak loyal dan tidak bersungguh-sungguh, bagaimana kita bisa dipercaya untuk hal-hal yang lebih besar.
Tuhan Yesus berkata, "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu." (Yohanes 14:12a). Abraham, Musa, Daud, Yosua, Rasul Paulus adalah beberapa dari sekian banyak tokoh Alkitab yang dipercaya Tuhan dan karenanya perkara-perkara yang besar dan dahsyat senantiasa mengikuti perjalanan hidup mereka.
Jika Tuhan mempercayai kita, Ia juga akan menyertai, menguatkan, menolong dan memberikan kita kemampuan untuk mengerjakan segala perkara melalui kuasa Roh KudusNya dan menunjukkan jalan atau cara yang harus kita tempuh. Sehubungan dengan pelayanan anak-anak kita, *Jika Tuhan mempercayai kita, Tuhan akan kirimkan jiwa-jiwa untuk dipercayakan kepada kita lebih banyak lagi. Sebagaimana "Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel." (Mazmur 103:7). Ia juga memakai *apa yang kita miliki,* BUKAN dengan *apa yang tidak kita miliki,* sebagai modal dalam mewujudkan apa yang Ia percayakan.
Haruslah selalu kita ingat bahwa jika kita dipercaya oleh Tuhan bukan karena kita hebat, semua semata-mata karena kemurahan dan anugerahNya atas kita. Karena itu kita harus menangkap setiap kepercayaan yang ada dengan iman yang sungguh kepada Tuhan dan mengerjakannya dengan penuh ketaatan. Jangan sekali-kali melepaskan setiap kepercayaan yang ada, peliharalah itu dengan baik, karena ada upah besar menanti! Tuhan memberkati kita semua.
#rajawalikecil #kakyudi #kakyudi_racil #inspirasisekolahminggu #sekolahminggukreatif
#rajawalikecil #kakyudi #kakyudi_racil #inspirasisekolahminggu #sekolahminggukreatif
IF TOMORROW NEVER COMES
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.
Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya, Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.
Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.
Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.
Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.
Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.
Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Kak Yudi)
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.
Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya, Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.
Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.
Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.
Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.
Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.
Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. (Kak Yudi)
JATUH BANGUN AKU MENGEJARMU
Maaf, judul ini bukan theme
song-nya Jay Anak Metropolitan, atau lagu dangdut miliknya Meggy Z. Ini adalah persoalan yang
sering dihadapi anak-anak Tuhan dalam mengiring Tuhan, melayani Tuhan dan
melakukan kehendak Allah. Ini memang realita hidup selama kita masih menumpang
di dunia ini. Tetapi tidak sedikit yang kemudian menjadi putus asa, berpaling
dari Tuhan dan meninggalkan-Nya.
Ketika gagal
menjaga hati kita untuk tidak terpengaruh kefasikan dunia ini. Ketika kita
jatuh dalam menjaga kekudusan hidup kita dan gagal memenuhi tuntutan Allah
untuk hidup sesuai dengan firman-Nya, kita mulai menyesal, menangis dan minta
ampun kepada Tuhan. Namun bila keadaan ini terjadi berulang-ulang, kita akan
mulai berpikir: “Kira-kira apakah Tuhan masih mau mengampuni saya?” Mungkin
kita juga akan bernyanyi seperti Victor Hutabarat: “Tuhan...masihkah Kau mau
mendengarkan doaku...” Saya katakan, selama Tuhan masih mengingatkan Anda untuk
bertobat, berarti Ia masih mau mengampuni Anda dan memulihkan Anda.
Dalam
mengiring Tuhan, kita, manusia lemah ini, tak lepas dari kegagalan. Kita jatuh,
bangun, jatuh lagi, bangun lagi, bahkan kita sampai babak-bundas (luka-luka atau lecet-lecet, red). Tetapi bila kita
masih memiliki semangat untuk bangkit kembali, maka Allah akan mengaruniakan
Anda kekuatan yang baru. Itu sebabnya kita harus mengandalkan Allah dan bukan
kekuatan diri sendiri (baca: Yer 17:5, 7). Yang diperlukan ketika kita jatuh
hanyalah datang kepada Allah, mohon pengampunan dan pemulihan dari Allah. Jangan
menjadi lemah dan malu, tetapi juga jangan menjadi bebal dan menyalah-gunakan
kasih dan pengampunan Allah untuk berbuat dosa lagi.
Ketika Simon
Petrus gagal menjaga komitmennya untuk mati bersama Tuhan (Mar 14:31), bahkan
menyangkali-Nya tiga kali, ia menangis dan bertobat. Lain halnya dengan Yudas,
setelah sadar ia mengkhianati Tuhannya, ia malah memilih mati ketimbang memohon
pengampunan kepada Allah (Mat 27:4-5). Selagi pintu tobat belum tertutup.
Selagi Roh Kudus dengan lembut mengingatkan Anda yang telah jatuh untuk
bertobat. Jangan keraskan hati untuk segera bertobat dan datang kepada Allah.
Sekalipun Anda jatuh, Anda harus segera bangun. Ingatlah kata Tuhan dalam
Mazmur 37:23-24 - TUHAN menetapkan
langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh,
tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Sadarilah bahwa
Anda tidak berjalan sendiri. Allah ada di samping Anda dan selalu siap menolong
Anda. Anda harus tetap survive, jangan menjadi lemah. Sekalipun merasa lemah,
perih karena lecet ketika jatuh, Anda harus tetap semangat untuk bangkit
kembali. Tidak peduli, jatuh bangun aku mengejar-Mu.......
BUKAN ORANGNYA, TAPI BAJUNYA ???
Seorang pengemis yang kelaparan sedang berdiri di depan sebuah restoran, berharap ada seorang dermawan yang memberinya makan. Di dalam restoran itu ada seorang langganan yang sedang memesan makanan. Badannya sedikit tambun mengenakan setelan safari. Ia adalah seorang pejabat negeri yang cukup dikagumi.
Melihat
pengemis yang berdiri di luar itu, pak pejabat merasa iba hatinya. Ia segera
memanggilnya dan mengajaknya makan. Namun pemilik restoran itu melarangnya,
bahkan mengusirnya. Walaupun pak pejabat itu sudah berusaha meminta, tetapi
pemilik restoran itu tetap berkeras melarangnya dengan alasan akan membuat
hilang selera makan seluruh langganannya. Akhirnya pak pejabat itu tidak jadi
makan. Ia keluar laru menghampiri sang pengemis dan mengajaknya naik Toyota Crown-nya.
Sekitar satu
kilometer dari restoran itu pak pejabat mengajak sang pengemis bertukar baju.
Pengemis itu disuruhnya memakai setelan safari yang tentu saja kebesaran karena
tubuhnya kurus, sementara pak pejabat memakai pakaian pengemis yang sudah lusuh
dan kumal. Ia menyuruh sopirnya mengantarkan pengemis itu kembali ke restoran
dan tentu saja pemilik restoran itu langsung mempersilakannya masuk dan
menyediakan hidangan yang ia pesan. Sesaat kemudian pak pejabat pun datang
untuk memesan makanan di restoran itu dan tentu saja ia pun diusir oleh pemilik
restoran itu seperti pengemis-pengemis lainnya.
Saya akhiri
cerita ini sampai di sini dan mengajak kita berefleksi sejenak. Anda pasti
bertanya, apa yang hendak saya sampaikan dengan ilustrasi cerita di atas?
Begini, kadangkala atau seringkali (kalau bisa dikatakan demikian) manusia itu
hanya melihat yang di luar saja, hanya penampilannya saja, lebih tepatnya. Dan
kita, gereja Tuhan, pengurus gereja, juga sering melakukan ‘tradisi’ ini.
Menyambut hangat dan manis orang-orang memakai ‘setelan safari’ seperti pak
pejabat tadi, tetapi ‘dingin’ dan acuh kepada orang-orang yang memakai pakaian
‘kumal’ seperti sang pengemis. Saya sudah sering melihat faktanya, lha wong saya pernah mengalaminya. Waktu
itu saya diundang mengadakan KKR Natal di sebuah gereja.
Saya datang
mengenakan baju batik, bukan jas. Panitia sekedar menyalami dan membiarkan saya
mencari tempat duduk sendiri dan saya langsung memilih tempat paling belakang.
Kebetulan ketua panitia yang kenal saya datang terlambat karena beberapa
urusan. Begitu tiba waktu renungan, kebetulan juga ketua panitia datang dan
langsung menyambut saya dengan hangat dan mempersilakan saya naik ke mimbar.
Saya tahu panitia yang lain pasti diomeli oleh ketua panitia karena tidak
mempersilakan saya duduk di kursi ‘khusus’ yang sudah disediakan untuk pembicara
KKR. Begitu pulang mereka minta maaf, saya hanya tersenyum. “Itu sudah biasa,”
kata saya.
Manusia
memang cenderung berbuat itu, tetapi Firman Tuhan dalam Yakobus 2:1-9
menasihatkan kepada kita supaya kita tidak ‘memandang muka’ apalagi dalam
perkumpulan jemaat, sebab itu adalah kejahatan di mata Allah. Sebagaimana Tuhan
Yesus menyambut semua orang (terutama orang lemah dan menderita), seharusnya
kita juga bersikap demikian. Kita harus “welcome”
kepada semua orang. Kaya atau miskin, cantik, tampan, atau biasa saja, langsing
atau gemuk, tinggi atau pendek, berpakaian bagus atau kusam, semua kita sambut
dengan hangat. Itulah yang menyukakan hati Allah. Sebab bila kita mengabaikan
“salah satu saudara kita yang paling hina ini” sama halnya kita telah mengabaikan
Tuhan (bnd Mat 25:45).
Jadi,
marilah kita memandang bajunya, eh maaf,
bukan bajunya tetapi orangnya (jiwanya) bagi Tuhan. Amin?***
DOA ADALAH SESUATU YANG PASTI MENJADI KENYATAAN
Doa
adalah sesuatu yang pasti menjadi kenyataan. Ini bukan slogan tetapi suatu
kebenaran yang hakiki dan merupakan kebutuhan yang penting bagi hidup manusia,
seperti pentingnya nafas bagi kehidupan. Namun timbul pertanyaan: Apakah di
abad ini masih ada orang yang mempercayai kuasa doa? Sesungguhnya keraguan ini
sudah ada sejak zaman Tuhan Yesus. Oleh sebab itu dalam khotbah di bukit Yesus
menegaskan, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Matius 7:7)
Mintalah...
Minta
berarti menyadari akan kebutuhan kita (Filipi 4:6). Setiap orang yang merasa
membutuhkan tentu akan datang kepada orang yang sanggup memberi. Kalau kita
merasa kita memerlukan Tuhan, maka kita harus datang kepada-Nya dengan hati
yang merasa membutuhkan Dia.
Minta
berarti menyadari ketidakmampuan kita (Roma 3:9). Karena tidak mampu, maka kita
harus datang kepada-Nya, sebab bila kita merasa mampu, maka Allah akan tinggal
diam, tetapi kalau kita merasa tidak mampu, maka Ia akan turun tangan memberi
pertolongan atas masalah kita.
Minta
berarti berharap dengan si pemberi (Kejadian 32:30). Berharap hanya kepada
Yesus saja, karena bila kita berharap kepada manusia kita akan dikecewakan,
tetapi bila kita berharap pada Allah, maka kita akan menerima apa yang kita
harapkan dan tidak akan pernah dikecewakan!
Carilah...
Mencari berarti tidak berdiam diri tetapi berusaha (Yakobus
2:17). Orang yang mencari tidak akan berdiam diri. Ia tidak hanya tidur dan
bermalas-malasan dan tidak melakukan apa-apa. Ia akan berusaha, aktif dan terus
bergerak. Demikian juga bila kita mencari Allah, kita harus aktif dan tidak
hanya berdiam diri.
Ketuklah...
Mengetuk berarti memerlukan kesabaran, ketabahan dan
ketekunan (Roma 12:12). Seperti kisah seorang janda dan hakim yang lalim (Lukas
18:1-7). janda itu memiliki kesabaran, ketabahan dan ketekunan, akhirnya hakim
itu mengabulkan permintaannya. Demikian juga dengan Allah yang sangat mengasihi
kita, Ia akan mendengar doa kita, asal kita sabar, tabah dan tekun dalam doa.
Asal kita tidak mudah menyerah dan tawar hati. Apalagi mencurigai Tuhan.
Mintalah,
ketuklah dan carilah...Dalam doa dan permohonanmu. Bila Engkau mulai lemah
karena permintaanmu belum juga dikabulkan, teruslah berharap dan jangan menjadi
lemah, sebab Tuhan Yesus akan memberikan apa yang kita minta tepat pada
waktu-Nya. Amin. (Daniel Wahyudi, M.Pd.)
TUHAN PASTI PUNYA TUJUAN
Ada sebagian orang Kristen yang begitu mudah
mengatakan bahwa orang yang mengalami bencana, kecelakaan, menderita sakit atau
mati muda, adalah orang yang menanggung kutuk. Pendapat ini tentu tidak benar
dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Memang semua hal yang tidak baik dan
merusak kehidupan manusia itu merupakan akibat dosa yang telah diperbuat oleh
manusia. Tetapi bukan berarti kita dapat men-simple-kan semua hal-hal
buruk itu adalah kutuk apalagi sampai membakukannya menjadi satu doktrin dalam
Gereja. Kita perlu ingat bahwa segala kutuk telah dipatahkan oleh Yesus Kristus
di kayu salib. Dan kutuk yang seharusnya kita tanggung telah dipatahkan oleh
kuasa darah Yesus, sejak kita menyerahkan diri kita kepada-Nya dan menjadikan
Dia Juruselamat pribadi kita.
Marilah kita
melihat sejenak Yohanes 9:1-3 : “Waktu
Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.Murid-muridNya
bertanya kepadaNya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri
atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan
dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus
dinyatakan di dalam dia.”
Murid-murid
Tuhan Yesus memiliki pandangan yang keliru dalam melihat orang yang buta itu.
Mereka juga memiliki pandangan bahwa orang yang cacat atau sakit adalah orang
yang berdosa dan menanggung kutuk dosa. Tetapi di luar dugaan Yesus memiliki
cara pandang yang berbeda. Yesus justru mengalihkan pandangan mereka yang salah
kepada pemuliaan Allah Bapa. Allah memiliki satu tujuan dengan sakit atau cacat
yang diderita orang yang buta sejak lahirnya itu.
Dan memang
benar, saya menemukan bahwa ketika seorang percaya mengalami hal-hal buruk
seperti yang telah saya sebutkan di atas, itu bukan karena mereka menanggung
kutuk, melainkan mereka sedang melakukan rencana Allah.
Setidaknya
ada dua kebenaran yang dapat kita pelajari tentang hal-hal buruk yang kita
alami:
1. Allah memiliki satu tujuan atas hidup kita
dengan hal-hal buruk yang kita alami.
2. Allah akan mengangkat penyakit atau penderitaan
itu bila tujuan-Nya atas hidup kita tersebut telah tercapai
Rasul Paulus
memiliki ‘duri dalam daging’ sepanjang hidupnya. Beberapa sarjana penafsir
Alkitab berpendapat bahwa Paulus menderita satu penyakit yang sering melemahkan
tubuhnya. Sebagian berpendapat bahwa ia menderita sakit ayan (epilepsi), tetapi
sebagian berpendapat bahwa ia menderita sakit mata yang menjijikkan. Paulus
juga pernah menyinggung keadaan dirinya itu kepada jemaat Galatia (baca:
Gal 4:14). Apakah Paulus
seorang pendosa dan terkutuk? Tidak! Dia adalah pahlawan Allah yang memiliki
kekuatan Roh yang luar biasa. Dia adalah penginjil terbesar lebih dari para
penginjil sebelum dan sesudahnya.
Perhatikan
juga kehidupan Ayub. Ketika Allah mengizinkan iblis mencobai Ayub dengan
berbagai bencana dan penyakit atas tubuhnya. Apakah kita akan mengatakan Ayub
sebagai seorang yang terkutuk? Tidak! Ayub adalah orang yang saleh dan sangat
berkenan di hati Allah, bahkan ketika hal-hal buruk itu terjadi atas hidupnya,
ia tetap beriman kepada Allah dan tidak berbuat dosa (Ayub 2:10).
Rasul Paulus
mengatakan bahwa hal-hal buruk yang menimpa dirinya justru memperkaya anugerah
Allah dalam dirinya. Di samping itu, Paulus beranggapan bahwa itu semua terjadi
atas dirinya supaya ia tidak menjadi tinggi hati. Seringkali Allah mengajarkan
banyak kebenaran justru pada waktu seseorang mengalami peristiwa yang buruk.
Perhatikan ketika Ayub menderita, pada
saat itulah ia banyak berkomunikasi dengan Allah dan mengenal pribadi Allah
yang sesungguhnya.
Ketika seseorang terbaring sakit di rumah atau di rumah
sakit dan hanya bisa memandang ke atas, di situlah Allah sedang bekerja. Ia
akan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi yang tidak dapat ditemukan pada saat
kondisi orang itu baik-baik saja. Allah selalu punya maksud di balik semua
peristiwa buruk dan tidak menyenangkan yang menimpa kita. Allah turut bekerja
di balik semua itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Untuk mendewasakan
iman kita atau ‘memaksa’ kita bersandar kepada-Nya.
Kecelakaan,
mengalami bencana atau menderita suatu penyakit, tidak selalu merupakan kutuk
dosa. Hal semacam itu bisa saja terjadi atas kita selama kita masih tinggal di
dunia fana ini. Memang kemah kita (red:
tubuh) yang kita tinggali ini tidak kekal. Ia mudah lapuk dan rusak bahkan
sekali waktu ia harus dibongkar. Tetapi kelak bila kita telah menerima tubuh
kemuliaan dari Allah, maka segala hal-hal buruk itu tidak akan menimpa kita
lagi.
Jadi, bila
Anda sudah menjadi anak Tuhan dan selalu setia beribadah kepada Allah, tetapi
Anda menderita sakit atau mengalami bencana, jangan katakan Anda sedang
menanggung kutuk. Namun katakanlah bahwa Allah sedang merancang satu tujuan
untuk hidup Anda. Carilah maksud Allah itu lewat jam-jam doa Anda. Dan jadilah
kuat dalam pengharapan dan iman kepada-Nya. Amin. (yd)
KASIH YANG DIBENCI TUHAN
Janganlah
kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mangasihi
dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada
di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan
hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang
lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap
hidup selama-lamanya. (I Yoh 2:15-17).
Rasul Yohanes menjelaskan ada 3 sistem yang dipakai oleh
dunia untuk menjerat anak-anak Tuhan agar jatuh dalam dosa: keinginan daging,
keinginan mata, keangkuhan hidup (ay 16). Cara-cara yang sama inilah yang telah
dipakai untuk menjerat hawa di Taman Eden: Perempuan itu melihat bahwa buah
pohon itu baik untuk dimakan (keinginan daging), dan sedap kelihatannya
(Keinginan mata), lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian (keangkuhan
hidup), lalu ia mengambil dari buahnya (Kej 3:6) Inilah kasih yang dibenci
Allah.
Pertama, Keinginan daging meliputi
apapun yang menarik sifat manusia yang berdosa. Daging bukan berarti tubuh,
tetapi lebih berarti kepada sifat dasar manusia yang belum diperbaharui sehingga ia buta akan kebenaran
rohani (I Korintua 2:14). Daging kita warisi dari kelahiran jasmani. Jika kita
percaya kepada Kristus, kita boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (II
Petrus 1:4). Orang Kristen memiliki baik sifat lama (daging) maupun sifat baru
(roh) dalam hidupnya. Betapa hebatnya pertarungan antara kedua sifat itu
(Galatia 5:17-23).
Allah
memberi keinginan-keinginan dasar dan itu baik adanya. Rasa lapar, haus, lelah,
sex itu bukan sesuatu yang jahat. Tidak
ada salahnya dengan makan, minum, tidur atau melahirkan anak. Namun jika sifat
daging menguasai semuanya itu, maka akan menjadi nafsu-nafsu yang penuh dengan
dosa. Lapar bukan dosa, tetapi kerakusan adalah dosa. Haus itu wajar, tetapi
kemabukan adalah dosa. Tidur itu karunia Allah, tetapi kemalasan itu memalukan.
Sex adalah pemberian Allah jika digunakan dengan benar, tetapi jika
disalahgunakan, maka itu adalah kekejian di hadapan Allah. Lihat bagaimana
dunia menjalankan kegiatannya. Ia menarik selera normal manusia dan menggoda
kita untuk memuaskannya dengan cara-cara yang keliru. Kita dikelilingi daya
pikat yang menarik sifat kita yang rendah dan daging kita memang lemah (Matius
26:41). Jika kita menyerah pada daging, maka akan terlihat buah-buah kedagingan
dalam perbuatan kita (Galatia 5:19-21). Segala sesuatu yang dikatakan Allah
tentang daging itu selalu negatif (baca: Roma 7:18, Yohanes 6:63, Filipi 3:3,
Roma 13:14). Jadi, bila kita hidup untuk daging, maka kita menjalani kehidupan
yang negatif dan sia-sia di hadapan Allah.
Kedua, disebut sebagai keinginan mata.
Kita harus sadar bahwa matapun punya selera. Saudara pasti pernah berkata atau
mendengar ungkapan, “Ayo, kita cuci mata.” Keinginan mata bekerja dengan cara
yang lebih halus. Yang dibicarakan di sini adalah kesenangan-kesenangan yang
mengelabui intelektual seseorang. Bila kita membicarakan acara-acara di
televisi yang tidak berguna, mungkin kita harus berdoa begini, “Lalukanlah
mataku dari pada melihat hal yang hampa.” (Mazmur 119:37).
Keinginan
mata menyebabkan Akhan, seorang prajurit Israel, berbuat dosa (Yosua 7:21).
Perhatikan pengakuannya, “Aku melihat di antara barang-barang jarahan
itu.....aku mengingininya, lalu kuambil.” Padahal Allah telah memberi
peringatan agar bangsa Israel tidak mengambil barang apapun dari kota Yerikho
yang terkutuk itu.
Mata adalah
salah satu pintu gerbang ke dalam pikiran. Keinginan mata juga termasuk hal-hal
yang dilihat mata yang kemudian membuat kita meragukan kuasa dan kasih Allah,
termasuk penyelidikan-penyelidikan intelektual yang bertentangan dengan Firman
Allah. Kadang-kadang memang orang Kristen terpaksa oleh situasi untuk
menggunakan pikirannya ketimbang mempercayai Allah. Berhati-hatilah untuk tidak membiarkan
intelektual kita mendorong Allah ke belakang atau mengesampingkan-Nya.
Ketiga, keangkuhan hidup. Kemuliaan
Allah itu kaya dan penuh; kemuliaan manusia adalah kosong. Sebenarnya kata
kebanggaan dalam bahasa Yunani dipakai untuk menggambarkan seorang pembual yang
mencoba mempengaruhi orang-orang tentang kehebatan mereka. Orang-orang yang
selalu mencoba menyalahkan yang lain dalam pengeluaran dan pendapatan mereka.
Keangkuhan hiduplah yang mendorong mereka melakukan hal-hal yang demikian.
Mengapa
begitu banyak orang membeli rumah, mobil, perabot rumah tangga dan
barang-barang furniture yang sebenarnya tidak mampu dibeli oleh mereka? Mengapa
mereka mau tunduk kepada iklan untuk mengambil kredit rumah atau barang yang
menyebabkan hutang mereka bertumpuk-tumpuk sedangkan kemampuan mereka jauh di
bawah? Sebagian besar hal ini disebabkan oleh keinginan memberi kesan hebat
kepada orang lain - disebabkan oleh keangkuhan hidup mereka. Mereka mungkin
ingin supaya orang lain melihat betapa kaya dan berhasilnya kehidupan mereka.
Kebanyakan
dari kita mungkin kita tidak bertindak sampai sejauh itu, tetapi yang
mengherankan betapa banyak hal-hal bodoh yang sering kita lakukan untuk menarik
perhatian orang lain. Bahkan kadang kita rela mengorbankan kejujuran dan
integritas kita untuk memperoleh
pengakuan orang bahwa kita hebat!
Demikianlah
dunia menarik orang Kristen melalui keinginan daging, keinginan mata dan
keangkuhan hidup; dan sekali dunia mengambil alih salah satu dari sudut ini,
maka seorang Kristen harus segera menyadarinya! Bila tidak, ia akan segera
kehilangan kegembiraannya menerima kasih Bapa dan keinginannya melakukan
kehendak Allah Bapa. Alkitab akan menjadi sangat membosankan dan berdoa menjadi
satu pekerjaan yang sulit dan sia-sia saja. Bahkan persekutuan orang Kristen
mungkin akan terasa hampa dan kering serta mengecewakan. Ini bukan berarti ada
yang salah pada diri orang lain, tetapi yang salah adalah hati orang Kristen
yang duniawi.
Waspadalah,
Roh memang penurut, tetapi daging lemah. hendaklah kita selalu berjaga-jaga
dalam setiap doa kita. Hal itu akan membuat kita selalu siuman dan tidak
terlena dengan iming-iming dunia ini. Janganlah kita lari dari kasih Allah dan
pelayanan kita, dan mencintai dunia seperti yang dilakukan oleh Demas (II
Timotius 4:10). Ingatlah bahwa dunia ini sedang binasa, jadi tidak ada gunanya
kita mengasihinya. Pilih mana: Mengasihi Allah dan dibenci dunia atau mengasihi
dunia tetapi dibenci Allah?**
Doa Seorang Anak Sekolah Minggu
Tuhan, sudah 120 kali aku meminta padaMu
Agar Tuhan mengganti guru sekolah mingguku
Jangan kirim padaku
seorang guru sekolah minggu yang tidak siap
Jangan kirim padaku
seorang guru sekolah minggu yang sering terlambat
Jangan kirim padaku
seorang guru sekolah minggu yang ketus dan galak
Jangan kirim padaku
seorang guru sekolah minggu yang tidak sayang padaku
Tapi kirim seorang guru yang baik seperti Yesus
Tidak usah indah suaranya namun ramah senyumnya
Tidak usah cantik parasnya namun menarik pribadinya
Tidak usah tegap badannya namun lembut hatinya
Tidak usah bagus bajunya namun rendah hatinya
Tidak usah baik ceritanya namun Kristus hidupnya
Agar ketika aku sedih aku dapat menangis dipelukannya
Ketika aku gembira dapat tertawa bersamanya
Ketika mama dan papa berselisih aku dapat berdoa dengannya
Tuhan, aku ingin guru sekolah minggu yang baik seperti Yesus
Doa itu memang ditujukan untuk guru sekolah minggu atau
pendidik anak. Bila Saudara tergolong dalam golongan mereka, maka Saudara
sebaiknya memperhatikan doa anak tersebut. Saya sengaja menunjukkan kepada
Saudara doa ini. Dan ini adalah ungkapan hati seorang anak sekolah minggu yang
ia tulis sendiri. Berapa banyak guru sekolah minggu yang seperti Yesus: penuh
kasih, lembut dan selalu “welcome”
kepada semua anak dari semua golongan? Berapa banyak guru sekolah minggu atau
pendidik anak yang dapat menjadi ‘sahabat’
bagi anak-anak? Ruth Laufer pernah berkata bahwa bila perkataan dan pengajaran
yang akan kita sampaikan ingin diterima anak, maka yang pertama harus diterima
anak adalah pribadi kita. Kalau anak sudah tidak tertarik kepada kita, karena
kita garang, suka marah, tidak lembut dan tidak mengasihi mereka, maka jangan
harap apa yang kita sampaikan akan diterima mereka.
Saya harap
setelah guru-guru sekolah minggu dan para pendidik rohani anak membaca doa ini,
mereka akan berubah dan lebih banyak belajar dari kehidupan Yesus yang penuh
kasih kepada semua anak, baik miskin atau kaya. Yang rendah hati, lemah lembut
dan selalu penuh perhatian kepada kelompok yang lemah ini. yd
AJI MUMPUNG
Pemimpin yang sederhana pada zaman sekarang
ternyata tidak mudah ditemukan. Coba kita perhatikan para pemimpin di negara
kita, entah itu yang duduk di parlemen, kabinet dan pejabat tinggi lainnya,
berapa banyak yang bisa dijadikan teladan seorang pemimpin yang sederhana?
Padahal kalau diperhatikan kehidupannya dahulu sebelum menjabat sebagai
pimpinan, selalu menunjukkan hidup yang sederhana, bahkan ketika berkampanye
dengan gencar mengkritik para pejabat yang hidup mewah dan menyalahgunakan uang
negara. Tetapi apa yang terjadi pada saat ia berkesempatan duduk di kursi
jabatan yang ‘empuk’ ? Ia menjadi lupa.
Ketika mobil
Kijangnya diganti dengan Corola, ia lupa pernah mengkritik mobil mewah yang
dikendarai para anggota dewan. Ketika jas ‘kelas
kaki lima’ berganti dengan jas ‘kelas
Sogo’ ia mulai lupa untuk melihat ke bawah. Ketika gaji yang hanya ratusan
ribu berganti puluhan juta, ia semakin ‘kemaruk’
(serakah: red). Itu saja belum cukup. Ia mulai menggunakan fasilitas pendidikan
gratis untuk melanjutkan S1-nya yang pernah mandek,
padahal seharusnya dana itu diberikan kepada anak bangsa yang tidak mampu
membiayai uang sekolah. Bukan cuma itu, ia mulai suka jalan-jalan ke luar
negeri yang tentu saja memakai anggaran negara. Ia menjadi lupa, lupa dan lupa.
Lupa bagaimana dulu ia pernah ‘vocal’ dan
jago membuat sindiran. Bahkan sekarang ia lupa seperti apa rasanya malu.
Bayangkan membuat ‘kamar kecil’ yang seharusnya hanya menghabiskan beberapa
juta rupiah saja, bisa menjadi ratusan juta. Bukankah benar memang sudah lupa
rasanya malu? Yang ada dalam benaknya hanya kata “mumpung.” Mumpung aku di
atas, mumpung aku bisa, mumpung ada yang dimakan, dst.
Hal serupa
bisa saja terjadi dalam lingkungan gereja. Kemerosotan moral seperti ini pun
tidak jarang kita jumpai pada jajaran kepemimpinan gereja. Pengerja yang dulu
nampak kampungan dan selalu mengkritik gembalanya karena memiliki gaya hidup
yang menurutnya tidak sepatutnya dimiliki oleh hamba Tuhan, sekarang berbalik
90 derajat. Ia mulai senang memakai jas yang licin, senang menggenggam
ponselnya dan menyaringkan suaranya di mana saja. Ironis sekali bukan?
“Hamba Tuhan
kecil” ini mulai berlagak seperti “hamba Tuhan besar”. Apalagi bila gembala
seniornya mulai memberi kepercayaan untuk menggantikan posisinya dalam urusan
harian di gereja, karena gembala senior terlalu sibuk dengan pelayanan ke luar.
Dia mulai menjadi ‘bos kecil’ yang berkuasa. Ia mulai memerintah dengan
semena-mena para pekerja yunior. Kemana-mana naik mobil gereja dengan sopir
pribadi. Ia mulai suka membentak bila urusan gereja tidak beres, berlaku tidak
adil dan mulai mensejahterakan dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Itu
sebabnya seorang pekerja mulai menyindir dengan gaya lagu pujian Tuhan
berkuasa, “Dia berkuasa... istrinya bersuka, anaknya bersuka....pekerja
sengsara...” Ia lupa bagaimana susahnya ketika ia dulu masih menjadi pekerja
yang kampungan. Ia marah ketika dikritik, dan melupakan bahwa dulu ia juga suka
mengkritik.
Saya tidak
menunjuk kepada orang tertentu, tetapi kita semua memiliki kecenderungan untuk
memanfaatkan ‘rasa nikmat’ yang
dianugerahkan Allah kepada kita. Kita lebih cenderung menikmatinya sendiri dan
menumpuk rasa nikmat itu dengan kemaruk daripada membaginya dengan orang lain
yang pernah mengalami kesengsaraan seperti kita. Ketika kita di bawah, kita
memprotes para pemimpin yang berada di atas dengan gaya hidup yang kita nilai
tidak memberi teladan. Namun ketika kita di atas, kita cenderung melihat ke
atas, tidak memperhatikan keadaan diri kita apalagi orang-orang yang berada di
bawah kita. Satu hal lagi, setiap kita memiliki kecenderungan untuk
me-nunjukkan kekuatan kita dengan menindas orang lain yang lebih lemah.
Ingatlah,
bila kita diberi kesempatan oleh Tuhan menduduki suatu jabatan atau menjadi
seorang pemimpin, entah itu dalam dunia bisnis, kenegaraan atau pelayanan
gerejani, jangan lupa diri. Jangan menjadi sombong dan lupa daratan. Jangan
gunakan “aji mumpung” untuk
memperkaya diri atau membangun kemegahan nama diri tanpa memperdulikan kehendak
Allah atas diri kita. Jangan menjadi sewenang-wenang dan berlaku tidak adil.
Semua itu tidak berkenan di mata Tuhan. Semua itu adalah penyebab doa kita
tidak diperhatikan Allah, puasa dan ibadah kita sia-sia.
Perhatikan
Firman Tuhan dalam Yesaya 58, ada banyak kesalahan yang terjadi sehingga doa
puasa umat Allah tidak berkenan kepada Allah. Ibadah kita pun tidak akan
berkenan kepada Allah bila kita tidak bertindak sesuai dengan Firman-Nya.
Perhatikan juga Yakobus 5:1-6, bukankah itu sudah cukup untuk membuat kita
tidak menggunakan kekayaan, kekuasaan dan anugerah yang Tuhan berikan dengan
semau kita sendiri? Kita tidak boleh berlaku tidak adil kepada orang yang
lemah. Jangan berkata, mumpung saya berkuasa, saya akan menindasnya! Bayarlah
apa yang menjadi hak para buruh, pegawai dan pekerjamu sesuai upah yang
seharusnya mereka terima. Jangan bertindak lalim atau sewenang-wenang! Dan
jangan gunakan kekayaan dan kedudukanmu sebagai sarana untuk berbuat dosa dan
kejahatan di hadapan Allah!
Jadilah
pimpinan yang arif dan bijaksana. Jadilah atasan-atasan yang menghormati
hak-hak para bawahan. Ambilah keputusan-keputusan yang bijak dan sesuai dengan
Firman Allah, bukan kemauan diri sendiri. Berikan teladan yang baik, supaya
banyak orang diberkati dan supaya Anda semakin dikasihi oleh Allah dan oleh
para bawahanmu! - yoed’s
sumber gambar: http://kalaliterasi.com
Surat terbuka untuk para gembala dan pemimpin jemaat, dari guru sekolah minggumu...
Dear my Leader, My Spiritual Father, in my Church...
Kami hanya guru sekolah minggu, yang mungkin tidak terlalu penting buat Anda... Kami sering berpapasan dengan Anda, salaman dengan Anda, tapi tetap saja Anda tidak kenal kami...
Kami mengajar di Sekolah Minggu di gereja Anda sudah lama, tapi hampir tidak pernah Anda menengok kami, anak-anak sekolah minggumu, guru-guru sekolah minggumu, padahal Anda adalah bapak rohani kami...kami anak-anak Anda...tapi kami seperti yatim piatu, nggak pernah ditengokin, ditegur, diajak ngobrol oleh Anda selaku bapak rohani kami, pemimpin kami...
Kami yang sering dimarahi oleh orang-orang kepercayaan Anda, waktu kami GSM cerita terlalu singkat dan pengkotbah di ibadah umum lama, Anda memarahi kami "mengapa SM terlalu cepat selesai, tapi saat ibadah umum cepat selesai dan kami belum selesai mengajar, kami dimarahi, kenapa lama sekali, orang tua sudah menunggu...Kami sering merasa serba salah...
Kalau anak-anak lari-larian dan "mengganggu" ibadah umum, kami yang disalahkan...kalau banyak anak yang nggak mau ke ruang SM, kami juga yang disalahkan...kami kurang acara kreatif, kami salah, kami banyak acara kreatif sehingga menyerap banyak biaya, kami disalahkan juga...padahal Anda tahu, semua anggaran itu untuk anak-anak Anda juga...bukan untuk kami, kalaupun Anda memberi kami transport, itu tak seberapa, sekali makan habis, beda dengan pemain musik, WL, atau pengkotbah di ibadah umum, ini bukan iri ya...tapi inilah kenyataan... kami mengajar bisa seharian, karena ibadah di gereja Anda dari pagi sampai sore beberapa kali ibadah.. Bahkan saat kami mengambil konsumsi untuk GSM, kami dicurigai, kenapa banyak sekali? Hehehehe...Anda tahu, mengajar anak beda dengan mengajar orang dewasa, kami memang butuh guru yang banyak untuk menangani anak-anak yang banyak... idealnya satu guru hanya pegang 5-6 anak, Anda tahu, kami masih kekurangan tenaga guru, tapi Anda berkata kami terlalu banyak????
Dear my Leader, My Spiritual Father, in my Church...
Kami sering bertanya, apakah sebenarnya sekolah minggu ini masih diperlukan di gereja? Karena setiap kami mengajukan anggaran untuk alat peraga, untuk acara anak, dan berbagai keperluan lain di sekolah minggu, selalu dikurangi, bahkan ada yang ditolak...INI TIDAK PERLU! Padahal Anda menuntut kami menjaring jiwa banyak-banyak...dan apakah Anda tahu, sebagian jemaat dewasa yang datang di gereja Anda, itu karena mengikuti anak-anak mereka yang maunya sekolah minggu di gereja Anda...Kami dituntut maximal, profesional, tapi anggaran kami minimallll....
Kami sering bertanya, apakah sebenarnya sekolah minggu ini masih diperlukan di gereja? Karena setiap kami mengajukan anggaran untuk alat peraga, untuk acara anak, dan berbagai keperluan lain di sekolah minggu, selalu dikurangi, bahkan ada yang ditolak...INI TIDAK PERLU! Padahal Anda menuntut kami menjaring jiwa banyak-banyak...dan apakah Anda tahu, sebagian jemaat dewasa yang datang di gereja Anda, itu karena mengikuti anak-anak mereka yang maunya sekolah minggu di gereja Anda...Kami dituntut maximal, profesional, tapi anggaran kami minimallll....
Yach, kami memang tidak terlalu penting...bahkan sebuah survey menunjukkan hampir semua gereja anggaran untuk anak hanya 3% dari seluruh anggaran gereja...Kadang kalau kami masuk ke ruang ibadah umum yang wahh...mewah...fasilitas wah, ac dingin...tahukah Anda, atau apakah Anda pernah masuk ruang SM? Ac-nya panas, bahkan ada yang belum pakai AC...nggak ada multimedia, jangankan fullband, keyboard atau gitar saja nggak ada...
Dear my Leader, My Spiritual Father, in my Church...
Ini bukan keluhan, kami sukacita melayani anak-anak, kami mengasihi mereka, sebab kalau tidak, pasti kami sudah cabut, ngapain capek2 ngurus anak orang...nggak dibayar lagi! Tapi kami mengasihi mereka...mereka perlu mengenal Tuhan Yesus sejak kecil, agar mereka tidak binasa...
Ini bukan keluhan, kami sukacita melayani anak-anak, kami mengasihi mereka, sebab kalau tidak, pasti kami sudah cabut, ngapain capek2 ngurus anak orang...nggak dibayar lagi! Tapi kami mengasihi mereka...mereka perlu mengenal Tuhan Yesus sejak kecil, agar mereka tidak binasa...
Kami hanya perlu merasa, bahwa Anda benar-benar Bapak Rohani kami, gembala kami, leader kami...yang mendukung pelayanan kami, mengayomi pelayanan kami dan peduli pada pelayanan kami... Kami hanya rindu merasa bahwa kami tidak yatim piatu di gereja kami...
Sekali lagi, ini bukan keluhan, tapi hanya ingin memberikan Anda wawasan...Setelah Yosua bangsa Israel kehilangan generasi yang mengenal Tuhan, sesudah rasul-rasul banyak gereja yang tertulis di Alkitab sudah punah, karena kehilangan generasi...negara-negara Eropa ada gereja-gereja yang kosong, dijual jadi bar, resto, bahkan tempat ibadah agama lain...kenapa? Mereka kehilangan generasi... Pernahkah Anda bayangkan, bila gereja Anda tanpa ada kami guru-guru sekolah minggu?? Siapa yang akan meneruskan gereja Anda 15-20 tahun mendatang???
Semoga Anda membaca surat ini...
Semoga Anda merenungkannya...
Dan saya berdoa Anda (bukan hanya gembala kami, tapi semua pemimpin jemaat) berubah paradigmanya tentang sekolah minggu atau pelayanan anak di gereja Anda...
Semoga Anda merenungkannya...
Dan saya berdoa Anda (bukan hanya gembala kami, tapi semua pemimpin jemaat) berubah paradigmanya tentang sekolah minggu atau pelayanan anak di gereja Anda...
Salam dalam kasih
Guru Sekolah Minggumu
Guru Sekolah Minggumu
YESUS BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP
Seorang peminum
berat suatu malam mabuk dan tertidur di kandang kuda, tetapi di sanalah ia
bertemu dengan Yesus. Kemudian hidupnya berubah, ia menjadi seorang suami dan
ayah yang baik bagi keluarganya. Perjumpaannya dengan Yesus telah mengubah
hidupnya menjadi lebih baik. Seorang wanita perokok dan peminum mendadak
berubah drastis ketika suatu malam menghadiri sebuah KKR. Di kemudian hari ia
menjadi wanita yang lembut dan rajin beribadah. Seorang pemuda pembunuh
dijatuhi hukuman mati. Pada awalnya ia sangat buas dan sangar, tetapi suatu
malam ia menangis tersedu-sedu bagitu menemukan Juruselamatnya. Esoknya ia
terlihat bersikap baik dan penuh senyum.
Ketiga orang itu hanyalah sedikit contoh
dari orang-orang pendosa yang kemudian “ditangkap” Tuhan dan diselamatkan dari
kehidupannya yang penuh dosa. Hidup mereka berubah, sikap mereka berubah dan
pandangan mereka akan kehidupan juga berubah. Semua ini terjadi karena mereka
telah bertemu dengan Yesus, Juruselamat mereka. Hidup yang semula tampak
kelabu, suram dan tampak tak ada harapan, tiba-tiba berubah cerah dan penuh
warna. Mereka memang hidup, tetapi hidup mereka tak bisa dinikmati. Namun
setelah Yesus masuk dalam hati mereka, membersihkan dosa-dosa mereka dan
menyucikan mereka, semuanya tampak menjadi berbeda. Memang, Yesus ‘bikin hidup
lebih hidup!
Ini bukan propaganda iklan rokok,
karena benda ini tak bisa membuat hidup lebih hidup. Ini juga bukan untuk benda
atau kenikmatan di atas muka bumi ini yang tampaknya membuat hidup menjadi
lebih cerah dan penuh gairah. Tak ada! Tak ada satu hal pun dalam dunia kita
ini yang menjanjikan harapan tentang hari depan kepada kita.
Hanya Yesus, tak ada yang lain, yang
membawa kita pada keselamatan (Kisah Para Rasul 4:12). Tak ada pribadi yang
bisa mengangkat dosa-dosa kita selain Dia. Tak ada sesuatupun yang mampu
merubah warna merah hitam hati kita menjadi putih bersih. Tak ada lembaga
asuransi manapun yang bisa menjamin keselamatan jiwa kita dari api hukuman
kekal, selain janji Firman Allah. Tak ada sukacita dunia yang bisa membuat kita
merasa bahagia dan damai selain sukacita sorgawi yang dianugerahkan Allah
kepada kita. Singkatnya, hidup kita tak menjadi lebih hidup hanya karena
kenikmatan, kesenangan dan kemewahan dunia ini.
Kita bisa lihat bukan, tidak sedikit
orang berduit, punya jabatan, terkenal dan digandrungi banyak orang, yang
stres, depresi, terlibat narkoba dan akhirnya mati sia-sia. Lebih mengenaskan
lagi bila yang mengalami itu orang yang miskin, tak berduit, hidup susah dan
pengangguran.
Oleh sebab itu, seharusnya kita
bersyukur, kita memiliki sumber sukacita, sumber berkat dan sumber pengharapan:
Yesus Kristus. Kalau Anda belum memilikinya, saya kuatir Anda belum benar-benar
memiliki Yesus dalam hidup Anda. Apapun masalah kita dan bagaimanapun keadaan
dunia ini, kita seharusnya tidak perlu takut dan kuatir. Sebab Yesus bikin
hidup lebih hidup. Anda harus yakin itu!! (YD-02/03)
Subscribe to:
Posts (Atom)