TUHAN PASTI PUNYA TUJUAN


Ada sebagian orang Kristen yang begitu mudah mengatakan bahwa orang yang mengalami bencana, kecelakaan, menderita sakit atau mati muda, adalah orang yang menanggung kutuk. Pendapat ini tentu tidak benar dan tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Memang semua hal yang tidak baik dan merusak kehidupan manusia itu merupakan akibat dosa yang telah diperbuat oleh manusia. Tetapi bukan berarti kita dapat men-simple-kan semua hal-hal buruk itu adalah kutuk apalagi sampai membakukannya menjadi satu doktrin dalam Gereja. Kita perlu ingat bahwa segala kutuk telah dipatahkan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Dan kutuk yang seharusnya kita tanggung telah dipatahkan oleh kuasa darah Yesus, sejak kita menyerahkan diri kita kepada-Nya dan menjadikan Dia Juruselamat pribadi kita.
            Marilah kita melihat sejenak Yohanes 9:1-3 : “Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.Murid-muridNya bertanya kepadaNya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”
            Murid-murid Tuhan Yesus memiliki pandangan yang keliru dalam melihat orang yang buta itu. Mereka juga memiliki pandangan bahwa orang yang cacat atau sakit adalah orang yang berdosa dan menanggung kutuk dosa. Tetapi di luar dugaan Yesus memiliki cara pandang yang berbeda. Yesus justru mengalihkan pandangan mereka yang salah kepada pemuliaan Allah Bapa. Allah memiliki satu tujuan dengan sakit atau cacat yang diderita orang yang buta sejak lahirnya itu.
            Dan memang benar, saya menemukan bahwa ketika seorang percaya mengalami hal-hal buruk seperti yang telah saya sebutkan di atas, itu bukan karena mereka menanggung kutuk, melainkan mereka sedang melakukan rencana Allah.
            Setidaknya ada dua kebenaran yang dapat kita pelajari tentang hal-hal buruk yang kita alami:
1. Allah memiliki satu tujuan atas hidup kita dengan hal-hal buruk yang kita alami.
2. Allah akan mengangkat penyakit atau penderitaan itu bila tujuan-Nya atas hidup kita tersebut telah tercapai
            Rasul Paulus memiliki ‘duri dalam daging’ sepanjang hidupnya. Beberapa sarjana penafsir Alkitab berpendapat bahwa Paulus menderita satu penyakit yang sering melemahkan tubuhnya. Sebagian berpendapat bahwa ia menderita sakit ayan (epilepsi), tetapi sebagian berpendapat bahwa ia menderita sakit mata yang menjijikkan. Paulus juga pernah menyinggung keadaan dirinya itu kepada jemaat Galatia (baca: Gal 4:14). Apakah Paulus seorang pendosa dan terkutuk? Tidak! Dia adalah pahlawan Allah yang memiliki kekuatan Roh yang luar biasa. Dia adalah penginjil terbesar lebih dari para penginjil sebelum dan sesudahnya.
            Perhatikan juga kehidupan Ayub. Ketika Allah mengizinkan iblis mencobai Ayub dengan berbagai bencana dan penyakit atas tubuhnya. Apakah kita akan mengatakan Ayub sebagai seorang yang terkutuk? Tidak! Ayub adalah orang yang saleh dan sangat berkenan di hati Allah, bahkan ketika hal-hal buruk itu terjadi atas hidupnya, ia tetap beriman kepada Allah dan tidak berbuat dosa (Ayub 2:10).
            Rasul Paulus mengatakan bahwa hal-hal buruk yang menimpa dirinya justru memperkaya anugerah Allah dalam dirinya. Di samping itu, Paulus beranggapan bahwa itu semua terjadi atas dirinya supaya ia tidak menjadi tinggi hati. Seringkali Allah mengajarkan banyak kebenaran justru pada waktu seseorang mengalami peristiwa yang buruk. Perhatikan ketika  Ayub menderita, pada saat itulah ia banyak berkomunikasi dengan Allah dan mengenal pribadi Allah yang sesungguhnya.
            Ketika seseorang terbaring sakit di rumah atau di rumah sakit dan hanya bisa memandang ke atas, di situlah Allah sedang bekerja. Ia akan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi yang tidak dapat ditemukan pada saat kondisi orang itu baik-baik saja. Allah selalu punya maksud di balik semua peristiwa buruk dan tidak menyenangkan yang menimpa kita. Allah turut bekerja di balik semua itu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Untuk mendewasakan iman kita atau ‘memaksa’ kita bersandar kepada-Nya.
            Kecelakaan, mengalami bencana atau menderita suatu penyakit, tidak selalu merupakan kutuk dosa. Hal semacam itu bisa saja terjadi atas kita selama kita masih tinggal di dunia fana ini. Memang kemah kita (red: tubuh) yang kita tinggali ini tidak kekal. Ia mudah lapuk dan rusak bahkan sekali waktu ia harus dibongkar. Tetapi kelak bila kita telah menerima tubuh kemuliaan dari Allah, maka segala hal-hal buruk itu tidak akan menimpa kita lagi.
            Jadi, bila Anda sudah menjadi anak Tuhan dan selalu setia beribadah kepada Allah, tetapi Anda menderita sakit atau mengalami bencana, jangan katakan Anda sedang menanggung kutuk. Namun katakanlah bahwa Allah sedang merancang satu tujuan untuk hidup Anda. Carilah maksud Allah itu lewat jam-jam doa Anda. Dan jadilah kuat dalam pengharapan dan iman kepada-Nya. Amin. (yd)


EmoticonEmoticon