Di tempat itu, orang-orang percaya
terutama para pendeta diperlakukan lebih kejam dari tahanan yang lain. Seorang
hamba Tuhan yang masih sangat muda ditanya oleh komandan pasukan setelah ia
dipukuli, “Kamu masih percaya Allah? Kamu masih percaya Yesus? Namun Ia tak
segera menjawab. Ia terdiam sejenak. Ia tahu keputusan apa yang harus ia ambil.
Ia tahu keputusan itu akan menentukan hidup atau matinya kemudian. Tetapi ia
juga tahu Yesus telah berkata, “Seetiap orang yang mengakui aku di depan
manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapaku yang di sorga. Tetapi
barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di
depan Bapa-Ku yang di sorga.”
Wajah pendeta muda itu mulai
bersinar dan dengan suara yang penuh dengan kerendahan hati tetapi penuh
keyakinan, ia berkata, “Komandan, waktu saya menjadi orang Kristen dan terlebih
setelah saya menjadi pelayan Tuhan, saya tahu apa yang akan saya alami. Saya
tahu bahwa sepanjang sejarah gereja, ribuan orang Kristen, para rasul,
penginjil dan pendeta telah dibunuh dengan siksaan. Saya tahu siapa saya dan
saya telah memutuskan untuk tetap setia dengan iman saya, yaitu panggilan saya
sebagai hamba Tuhan apapun yang terjadi. Kebenaran tidak akan pernah takut.
Kami memiliki kebenaran bahwa hanya ada satu Allah dan Dia adalah Bapa kami
yang penuh kasih. Kami memiliki kebenarana bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia
yang telah menebus dosa manusia dan ingin terus menyelamatkan semua manusia
termasuk Anda!”
Matius 10:16-33 memberi gambaran
ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya, Dia berpesan kepada mereka bahwa mereka
diutus untuk memberitakan keselamatan yang dari Allah ke tengah dunia yang
jahat, sama seperti seekor domba di tengah kawanan serigala yang setiap saat
dapat memangsanya. Itu artinya, siapa saja yang percaya kepada Yesus, termasuk
saya dan Saudara, akan menghadapi banyak bahaya untuk mempertahankan iman kita
dan setiap saat kita harus siap sedia untuk memikul salib dan menyangkal diri
demi Yesus. Bisa jadi suatu saat kita akan diperhadapkan pada pilihan: hidup
atau mati. Bisa jadi suatu saat kita diperhadapkan dengan satu pertanyaan:
“Pilih menyangkal Yesus atau disiksa?”
Seperti Yesus sendiri telah
menyangkal diri dan menyerahkan hidup-Nya bagi kita. Dengan setia Ia telah
menanggung dosa kita dan membiarkan diri-Nya disiksa dan dihukum mati, sudah
sepatutnya kita pun berlaku setia kepada-Nya dan tetap memegang teguh iman kita
kepada-Nya. Seperti mereka yang telah mati sebagai martir tidak pernah
memikirkan keselamatan dan kesenangan diri mereka sendiri, melainkan telah
menyangkal diri dan tetap memilih Yesus sekalipun itu harus dibayar dengan
nyawa mereka. Semua ini harus mulai tertanam dalam hati dan pikiran kita sejak
hari ini, bahwa apapun yang terjadi, Yesus tidak dapat kita tukar dengan
apapun. Setia kepada-Nya, berarti mempertahankan-Nya di setiap keadaan dalam
dunia ini. Bisa saja kita kehilangan nyawa kita, tetapi Yesus berjanji bahwa
kita akan mendapatkannya lagi.
Hanya saja banyak di antara kita
yang bertanya, “Apakah saya bisa tahan?” Bisa! Saudara dan saya bisa tahan! Dan
itu bukan karena kekuatan kita, melainkan kekuatan dari Roh Kudus yang diam di
dalam diri kita. Tuhan Yesus berpesan bahwa bila penderitaan itu tiba jangan
pikirkan pembelaanmu! Jangan pikirkan apa yang akan kita katakan nanti sebab
itu akan dikaruniakan Tuhan pada saat itu juga. William Booth pernah berkata
kepada anak-anaknya, ketika mereka menghadapi penganiayaan tentara Hitler,
bahwa obat hanya diberikan oleh dokter pada waktu orang menderita sakit dan
bukan pada waktu dia sehat. Kekuatan dan penghiburan Tuhan diberikan ketika
kita mengalami penderitaan dan kelemahan bukan ketika kita kuat dan keadaan
baik-baik saja.
Saudara dan saya bisa saja tahan
menghadapi penganiayaan fisik yang mungkin akan datang menimpa kita suatu hari
nanti. Tetapi apakah kita akan memilih Yesus atau memilih untuk menyelamatkan
nyawa kita sendiri dan menyangkal Dia? Kita dapat membuktikannya saat ini!!
Ketika tiba-tiba di jalan kita ditanya, “Apakah Anda orang Kristen?” Apa
jawaban kita? Ketika orang Kristen tidak diijinkan naik pangkat, naik jabatan,
dipersulit mengurus ini dan itu. Apa
tindakan kita? Mengganti KTP kita dengan agama non-Kristen? Dalam bentuk lain,
beranikah kita berdoa sebelum makan ketika kita berada di tengah orang banyak?
Beranikah kita menolak ajakan teman untuk melakukan tindakan amoral, free-sex,
selingkuh, penyalahgunaan obat terlarang, memanipulasi uang perusahaan, dan
berbagai tindakan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan? Bila itu saja tidak
mampu kita lakukan, bagaimana kita bisa tahan bila kita diperhadapkan dengan
siksaan yang lebih berat?! Pikirkan dan renungkanlah ini sekarang!!*** yoed's
Kesetiaan yang sesungguhnya akan terbukti,
ketika kita diperhadapkan pada
pilihan hidup atau mati
EmoticonEmoticon